Motivasi Terbesar

Motivasi terbesar ku adalah ketika mengingat hari itu

Hari dimana semua hal menjadi sangat CHAOS. Ketika semua orang menjadi ketakutan, galau, bingung, bersalah, takut, sesal. Hari yang benar-benar sangat hectic. Hari dimana semua orang menyesal. Baik orang jahat yang meneysal karena semua kejahatannya. Ataupun orang baik yang amalnya tak cukup. Hari dimana kita tidak bisa lari dari pertanggung jawaban itu. Kita ga bisa cari-cari alasan lagi. Kita ga bisa kembali ke masa2 duniawi.

Saat itu, yang ada hanyalah ratusan milyar manusia, menunggu hasil rapotnya di dunia. Apakah amal baik mereka lebih banyak ataukah amal buruknya? Apakah mereka diampuni atau tidak. Apakah mereka masuk surga atau tidak. Apakah mereka diridhai atau tidak.

Ketika semua orang mencari celah sekecil apapun untuk bisa masuk surga. Mencari kesalahan yang bisa dihilangkan. Mencoba bernegosiasi dengan Allah

        “Bisa kah kami kembali ke dunia? Kami bakal beramal shaleh! Serius! Andai saja kami bisa kembali ke dunia”

Ketika orang mulai menyalahkan satu sama lain

       “Aku sesat karena ngikutin kamu, tau!!”

      “Siapa suruh ngikutin aku!”

Ketika semua orang mencari orang lain yang bisa menolong mereka. Mencari orang yang bisa memberikan syafaat. Tapi kecuali Nabi Muhammad S.A.W, hampir semua Nabi tidak bisa memberikan syafaat nya. Dari Nabi Adam, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, hingga Nabi Isa, alaihis salam.

Hari itu adalah hari yang sangat berat dan butuh bekal banyak saat di dunia.

Hari dimana kita bisa merasakan panas neraka di permukaan kulit kita dan melihat orang2 diseret kesana. Juga melihat orang2 berjatuhan di jembatan shirat.

Hari dimana kita melihat teman-teman baik kita sudah berada di surga. Teman-teman baik yang dahulu bersama kita, teman-teman yang sudah mengajarkan kita hal-hal baik. Tapi pada nyatanya, mereka sama sekali ga bisa menolong kita di akhir nanti.

Terbayang, wajah sahabat baikku, yang kupikir akan selalu bersama sampai ke surga, akan berkata

“Padahal aku udah sering memperingatkanmu, Syif”

Begitu katanya dan dia menghilang ke balik surga yang indah.

Atau ketika keluarga kita menyalahkan kita karena kita tidak menjadi teladan yang baik. Ketika kita berpikir sudah beramal sebaik-baiknya di dunia padahal pada akhirnya kita berada di golongan Abdullah bin Ubay bin Salul. Golongan orang munafik, bukannya berada di golongan yang beruntung.

Bukankah itu bisa menjadi akhir mu? Bukankah itu bisa menjadi masa depanmu?

Apapun akhir kita,

semua itu sangat mungkin terjadi.

Hari perhitungan akan datang

dan semua manusia akan mengalami hari itu.

mau atau tidak

 

Dan semua orang akan menyesal

 

Kamu mau ada di golongan mana?